Kalau Resto "Bumbu Desa" sukses mengusung slogan masakan kampung masuk kota dengan tempat makan yang modern, di Bandung sekarang muncul rumah makan sunda yang bener-bener "kampungan". Tidak hanya makanan yang menonjolkan cita rasa Sunda jaman dulu, seluruh suasana dan interior juga disetting sangat "kampungan". Suasana ini langsung menyergap kita ketika kita menginjakkan kaki masuk ke restoran ini. Mang Barna, salah satu pemilik resto ini selain Bi Oom, dengan pakaian "kebesarannya" dengan ramah akan menyapa kita di pintu depan. Dinding restoran tidak dihiasi oleh lukisan atau poto-poto artistik, tetapi ditempeli berbagai poster mulai dari poster india, band-band indonesia masa kini, dangdut, rolling stone, dan lain-lain. Poster-poster ini diseling dengan lukisan pemandangan yang memperkuat image kampungan yang sedang dibangun. Wajah Bung Karno juga muncul dalam kalendar yang dipasang di dinding. “Anu penting mah, aya gambar na pak SBY pamingpin urang jeung wakil na cep" (yang penting ada gambar Pak SBY, pemimpin kita dan wakilnya, Mas), “ ujar mang Barna pada Jurnal Indonesia mengenai poster-poster yang dipajang di warungnya. Memang beliau tidak lupa memasang poto pemimpin kita, pernah anda perhatikan berapa banyak tempat makan yang memasang poto presiden RI? :)) Jadi, dimana kita bisa menemukan resto yang unik ini?
Nasi Bancakan, demikian nama "warung" ini. Berlokasi di Jl. Trunojoyo no. 62 Bandung, bersebelahan dengan resto Sambara, berjarak sekitar 300 meter dari Gedung Sate. Makanan yang disajikan di Nasi Bancakan ini tentunya khas sunda, tetapi dengan beberapa pilihan masakan unik jaman baheula, yang jarang ditemuin di tempat lain. Selain makanan standar seperti ayam goreng, sayur asem, perkedel, aneka pepes dan lain-lain, kita juga bisa menemukan makanan yang mungkin terdengar asing bagi sebagian orang, sebut saja ceos kacang merah, gejos cabe hejo, hampas kecap, tumis lember, tumis kadedemes, tumis suung dan masih banyak yang lain. Untuk nasi, kita bisa memilih Nasi Liwet atau Nasi Daun. Harga? Relatif sangat terjangkau, mulai dari 500perak (krupuk aci) sampai 7000perak (cumi oli). Rata-rata 5000perak lah...
Oh iya, makanan-makanan tersebut disajikan dalam "baskom" seng putih dengan corak bunga-bunga, oldies banget lah. Tidak cukup dengan itu, kita pun akan memakan makanan itu diatas piring seng dan gelas seng yang mungkin sekarang udah gak ada yang jual lagi. Acung dua jempol untuk totalitas dalam membangun image kampungan di resto ini.
Buat minum saya pilih Es Kopi Nyereng (1500perak). Kopi hitam dengan susu kental manis, dibanjur air soda dan es. Rasanya? bener2 unik, saya belum pernah menemui tempat makan yang menyajikan menu itu. Atau bisa juga pilih Bandrek, minuman khas sunda berbahan dasar jahe. Hangatnya sampe ke badan.
Dan untuk dessert, tersedia kue balok. Apa itu? Kue jadul yang mirip dengan pukis, tetapi uniknya dimasak dengan arang (atas dan bawah), kehangatan dan kematangannya merata di seluruh kue. Gak usah banyak cerita, langsung aja meluncur ke warung Nasi Bancakan, dan anda akan menemukan sensasi tersendiri. Tapiiii (mengutip spanduk yang terpampang besar di ruang tengahnya), "Omat... lamun dahar lima ulah ngaku hiji, da Gusti mah Maha Uninga, sing karunya ka emang, hehehe" (Ingat... kalau makan lima jangan bilang satu, Tuhan Maha Mengetahui, kasihan dong sama Mang Barna, hehehe)
Kuliner di Kota Bandung lainnya silakan klik disini
Nasi Bancakan, demikian nama "warung" ini. Berlokasi di Jl. Trunojoyo no. 62 Bandung, bersebelahan dengan resto Sambara, berjarak sekitar 300 meter dari Gedung Sate. Makanan yang disajikan di Nasi Bancakan ini tentunya khas sunda, tetapi dengan beberapa pilihan masakan unik jaman baheula, yang jarang ditemuin di tempat lain. Selain makanan standar seperti ayam goreng, sayur asem, perkedel, aneka pepes dan lain-lain, kita juga bisa menemukan makanan yang mungkin terdengar asing bagi sebagian orang, sebut saja ceos kacang merah, gejos cabe hejo, hampas kecap, tumis lember, tumis kadedemes, tumis suung dan masih banyak yang lain. Untuk nasi, kita bisa memilih Nasi Liwet atau Nasi Daun. Harga? Relatif sangat terjangkau, mulai dari 500perak (krupuk aci) sampai 7000perak (cumi oli). Rata-rata 5000perak lah...
Oh iya, makanan-makanan tersebut disajikan dalam "baskom" seng putih dengan corak bunga-bunga, oldies banget lah. Tidak cukup dengan itu, kita pun akan memakan makanan itu diatas piring seng dan gelas seng yang mungkin sekarang udah gak ada yang jual lagi. Acung dua jempol untuk totalitas dalam membangun image kampungan di resto ini.
Buat minum saya pilih Es Kopi Nyereng (1500perak). Kopi hitam dengan susu kental manis, dibanjur air soda dan es. Rasanya? bener2 unik, saya belum pernah menemui tempat makan yang menyajikan menu itu. Atau bisa juga pilih Bandrek, minuman khas sunda berbahan dasar jahe. Hangatnya sampe ke badan.
Dan untuk dessert, tersedia kue balok. Apa itu? Kue jadul yang mirip dengan pukis, tetapi uniknya dimasak dengan arang (atas dan bawah), kehangatan dan kematangannya merata di seluruh kue. Gak usah banyak cerita, langsung aja meluncur ke warung Nasi Bancakan, dan anda akan menemukan sensasi tersendiri. Tapiiii (mengutip spanduk yang terpampang besar di ruang tengahnya), "Omat... lamun dahar lima ulah ngaku hiji, da Gusti mah Maha Uninga, sing karunya ka emang, hehehe" (Ingat... kalau makan lima jangan bilang satu, Tuhan Maha Mengetahui, kasihan dong sama Mang Barna, hehehe)
Kuliner di Kota Bandung lainnya silakan klik disini
Euleuh-euleuh pikabitaeun pisan menu di warung mang Barna teh...sim kuring ngan ukur bisa neureuy ciduh da nyaba ka Bandung teh tebih pisan tidieu..Tapi, jaga upami mudik badelah singgah ka warung na, bade nyobian tumis suung sareng pepes oncom..:P:P
ReplyDeletewah cocok neh buat buka bareng ma temen"..heheheheh....hatur nuhun Boss
ReplyDeletewah review makanannya bagus2, saya ada website tentang wisata bandung, di dalamnya juga ada soal kuliner. Boleh loh mbak klo mau nyumbang review atau artikel. Daftar aja di www.ngubek.com, dijamin gratis. Terimakasih.
ReplyDeletetapi kesan kampungan hilang ketika kita cuci tangan di wastafelnya, mungkin bisa dibuat semacam pancuran atau gentong lengkap dengan gayungnya untuk cuci tangan.
ReplyDeleteduh waas euy,eta aya hampas kecap sagala nya....duh duh duh...hahahahha...inget bandung baheula
ReplyDeleteWah ajib yeuh Nasi Bancakan .. visit web kita yah klo mau info tentang bandung lebih banyak lagi ..
ReplyDeletemantaaaapp.....kuliner bandung emang ajiiiib...
ReplyDeletebandung ok.............
ReplyDeleteSATE MARANGGI 77
ReplyDeleteSapi - Kambing - Ayam Rp.1500 / tusuk
Sop Iga Maranggi Rp.15.000,-
Iga Bakar Maranggi Rp.15.000,-
Soto Maranggi Rp.10.00),-
Nasi Goreng Maranggi Rp.10.000,-
Lontong Kari Ayam Rp.6000,-
Gorengan : Pisang Goreng, Bala - bala, Gehu Pedas, Tempe Goreng Rp.1000,-
Jagung Bakar : Biasa, Pedas, Keju Rp.5.000,-
Bandrek & Bajigur Rp.4000,-
Es Angin Bandung Rp.5.000,-
Sate Maranggi 77 khas Plered - Purwakarta racikan khas Ceu Dewi , pemilik kedai Sate Maranggi 77 yang berbeda
dan bumbunya meresap di lidah ini menambah aneka kuliner di kota kembang Bandung. Sate Maranggi pada umumnya berbeda
dengan sate yang lainnya, karena pada dagingnya yang empuk, tebal dan bumbunya sangat benar - benar meresap.
Sate yang ciri khas nya berbeda ini disajikan dengan sambal kecap dan sambal oncom yang nikmat sekali.
Sate Maranggi sendiri terbuat dari daging sapi yang diolah dengan racikan bumbu dan dibakar dengan tekstur bakaran
yang merata dan kenyal di lidah. Namun selain terbuat dari daging sapi, ada juga yang terbuat dari daging kambing
dan daging ayam. Sesuai bagaimana selera kita. Harganya pun sangat terjangkau. Dengan seribu per tusuk kita sudah
bisa menikmati sate khas Purwakarta yang lezat ini dan jangan lupa mencoba menu baru yang unik pula, yaitu
Nasi Goreng Maranggi yang tak kalah nikmatnya dengan Sate Marangginya.
Jadi cobain deh Sate Maranggi 77 khas Plered - Purwakarta buatan Ceu Dewi yang hanya ada di Bandung Jawa Barat.
JL. Raya Burangrang ( samping Bank BPTN Burangrang ) Bandung
Open : 11.00 - 23.00 WIB
http://satemaranggi77.blogspot.com/
ah kurang enak nasi bancakan ma, yg enak tu warung nasi Ibu Imas,d deket ITC kebon kelapa. sambelnya sama karedoknya mantap !!! apalagi ayam bakarnya, dijamin puas !!!
ReplyDeleteleres pisan mantap tuangeuna raoss pisan nyunda sareng asa di lemnur suasana na komodeui tuangeun tumis genjerna sedep pisan
ReplyDelete