Gudeg Yu Djum, Gudeg Mbah Lindu, Mangut Lele Mbah Marto, Sambel Welut Pak Sabar, Sate Klathak Pak Bari, Gado-Gado Bu Hadi, Soto Kadipiro, Soto Bathok Mbah Karto, Soto Sapi Pak Mustofa, Pecel Beringharjo, Nasgor Pliket Pak Dakir, Sate Sor Talok, Ayam Goreng Mbok Sabar, Ayam Goreng Bu Tini, Bakmi Mbah Mo, Wedang Tahu Bu Sapar, ..., ..., ..., ..., dan seterusnya. Tidak cukup satu halaman untuk menuliskan berbagai kuliner Jogja yang memang kaya ragamnya dan mengundang selera
Sebagai seorang tukang makan, yang paling dikangenin di masa pandemi COVID-19 ini adalah ya tentunya kelilingan kulineran. Dulu paling gak ada aja 1-2 kota disambangi dalam satu bulan, bahkan terkadang lebih, tapi sudah tiga bulan terakhir ini udah kerja dari rumah aja. Nah kalo ada yang tanya, kota mana yang paling dikangenin buat kulineran? Buat saya, itu pertanyaan yang cukup sulit buat dijawab, karena setiap kota punya karakteristik kuliner yang menarik dan berbeda antara satu dengan yang lainnya. Tapi kuliner Jogja, memang punya tempat spesial di hati saya. Saya selalu memberikan ruang di rongga perut maupun di relung hati buat beragam tempat kuliner di kota Jogja ini. Mulai dari sarapan, makan siang sampai makan malam, Jogja selalu menghadirkan pilihan kuliner yang sangat sulit untuk tidak saya rekomendasikan ke teman-teman semuanya. Dan daftarnya pun tidak pernah berhenti, selalu bertambah dari waktu ke waktu.
Mempersiapkan Saoto Bathok untuk pelanggan |
Untuk sarapan, ada beberapa tempat yang bisa saya rekomendasikan. Saoto Bathok Mbah Katro,salah satunya. Tempat makan ini ada di kawasan pedesaan, tepatnya di Desa Sambisari, di Utara Candi Sambisari. Karena di kawasan pedesaan, tempatnya pun unik, kita bisa bersantap di gubuk-gubuk yang berada di antara pesawahan. Angin semilir menemani santap pagi kita, soto yang disajikan dalam mangkok dari batok kelapa dengan kuah yang hangat dan segar. Itulah mengapa soto ini dinamakan soto bathok. Tempe garit, tahu bacem, sate telur puyuh dan sate usus menjadi pilihan lauk untuk menemani sajian soto ini. Dan harganya pun murah meriah, satu mangkok soto campur cukup ditebus dengan harga 5ribu rupiah saja, tapi tampaknya kita tidak akan cukup menyantapnya hanya satu porsi atau tanpa lauk yang lain hehehe.
Antrian Pelanggan di Gudeg Mbah Lindu |
Rekomendasi lainnya untuk sarapan adalah Gudeg Mbah Lindu. Buat yang pernah nonton serial "Street Food" di layanan Netflix, Gudeg Mbah Lindu menjadi 'bintang' di salah satu episodenya yang meliput jajanan kaki lima dari Indonesia. Ya, Mbah Lindu dipilih karena secara konsisten selama 80 tahun menjual gudeg, bahkan masak, dengan racikan tangannya sendiri. Dan tentunya pilihan Netflix tidak salah, cita rasa gudeg yang disajikan mbah Lindu ini memang enak banget. Gudeg yang disajikan adalah gudeg basah dengan cita rasa manis yang khas, dipadu dengan sambal krecek dengan cubitan rasa pedasnya. Ayam yang digunakan ayam pejantan dengan sentuhan bumbu senada yang meresap sampai ke tulang, memperkuat rasa gudeg yang sudah menggoda. Tak heran, setiap harinya kerumunan orang selalu tampak di tempat dia berjualan, di salah satu ruas Jl. Sosrowijayan, sebuah kawasan yang juga terkenal menyediakan banyak pilihan hotel murah di Jogja. Di usianya yang mencapai satu abad alias 100 tahun, Mbah Lindu masih aktif terjun langsun membantu produksi gudeg di dapurnya, tapi untuk berjualan saat ini beliau digantikan oleh salah satu putrinya, Ibu Ratiah.
Suasana makan siang di Kopi Klotok |
Beralih ke menu makan siang, salah satu tempat yang saya rekomendasikan adalah Kopi Klotok yang ada di Jl. Kaliurang KM 16. Walau namanya Kopi Klotok, tapi sebagian besar pengunjung di sini bukan mengincar kopinya, tapi menu makanan rumahannya yang benar-benar menggoda rasa. Padahal menunya sangatlah terbatas, pengunjung harus mengantri untuk dapat mencicipi pilihan lodeh terong, lodeh kluwih dan lodeh tempe lombok ijo, serta antrian di sudut yang lain untuk mengambil telur goreng krispi dan tempe garit. Selain itu ada sambal dadak yang jangan sampai terlewatkan. Setelah mengambil makanannya, pilihlah tempat di halaman belakang yang berbatasan langsung dengan area pesawahan, maka di situlah kita akan mendapatkan kesempurnaan makan siang kita: sajian rumahan yang bikin kangen dan udara segar dari sawah yang bikin kita rindu kampung halaman.
Sajian Sate Kambing Tanpa Lemak Sate Sor Talok |
Masih di menu makan siang, saya ajak anda ke daerah Bantul, untuk menikmati sajian sate kambing yang beda dengan yang lainnya di Sate Sor Talok. Apa yang bikin beda? Pertama adalah cara membakar satenya yang menggunakan jeruji besi, sehingga daging kambing muda yang digunakan terasa empuk sampai ke dalam. Yang kedua, walaupun cara membakarnya mirip dengan cara membakar sate klathak, tapi dalam penyajiannya sangat jauh berbeda. Potongan daging kambing tanpa lemak yang baru dibakar tadi, disajikan dalam bumbu kecap, lengkap dengan tomat, potongan bawang merah dan cabe rawit. Nasi hangat yang disajikan dalam bakul akan membuat hidangan makan siang yang sulit dilupakan.
Suasana Warung Bakmi Jowo Mbah Gito |
Kalau makan malam mau dimana? Biasanya saya akan mencoba beragam pilihan Bakmi Jawa yang hadir di berbagai penjuru kota Jogja. Salah satu yang direkomendasikan adalah Bakmi Mbah Gito yang ada di kawasan Kota Gede. Selain bakmi Jowo yang dihidangkan emang enak, salah satu keistimewaan dari Bakmi Mbah Gito adalah kedainya yang mengambil tempat bekas kandang sapi, dekorasi yang serba kayu akan menyambut kita sejak di pintu masuk, sampai di tempat duduk yang kita pilih. Bakmi Godhog dan Bakmi Goreng menjadi menu andalannya, dimasak satu persatu dengan menggunakan anglo, cita rasa yang disajikan emang spesial. Jangan lupa tambahkan potongan cabe rawit serta acar timun yang tersaji di setiap meja. Oh iya, di sini kita juga bisa menikmati minuman soda khas Indonesia yaitu Saparela. Mirip dengan rasa root beer, Saparela hadirkan rasa segar yang menggelitik. Atau kalo mau yang hangat-hangat, pesanlah minuman kaya rempah khas Jogja: Wedang Uwuh.
Bakmi Godhog Mbah Mo |
Salah satu rekomendasi Bakmi Jawa lainnya untuk makan malam ada di kawasan Bantul: Bakmi Mbah Mo. Lokasinya cukup mblusuk di kawasan desa Code, saya sendiri hampir tidak menemukan tempat ini walau sudah dipandu oleh Google Maps karena masuk jalan kecil di kampung. Tetapi begitu sudah ketemu, di depan kedai sederhananya tersedia tempat parkir yang luas yang sudah cukup penuh, termasuk oleh mobil-mobil mewah. Hanya ada tiga menu yang ditawarkan: Bakmi Godog, Bakmi Goreng dan Bakmi Nyemek, dengan isian yang bisa kita pilih seperti ati ampela, brutu, sayap dan lain-lain, tapi dengan catatan, jika persediaan masih ada. Walau lokasinya yang mblusuk, pelanggan di tempat ini sangat ramai, dan terus menerus datang sampai tengah malam. Tak heran butuh waktu bisa 1 jam atau lebih, mulai dari kita memesan sampai hidangan hadir di meja kita. Tapi cita rasa yang dihadirkan, sepadan dengan usaha yang kita keluarkan.
Rujak Es Krim Pak Nardi |
Gak cuma makanan berat, kuliner Jogja pun hadir dengan aneka makanan ringan dan juga seger-segeran. Misalnya untuk kedai es, saya rekomendasikan dua tempat ini, yang mewakili hidangan tradisional dan modern: Rujak Es Krim Pak Nardi dan Tempo Gelato. Rujak Es Krim Pak Nardi ada di kawasan Pakualaman, menjajakan jualannya hanya di gerobak pinggir jalan, dengan menghadirkan kombinasi rujak serut yang asam segar dengan topping es puter yang manis dan dingin di atasnya. Es puternya pun lembut mendekati tekstur es krim. Rasanya? Bayangkan sendiri perpaduannya yah. Dan untuk kedai es modern saya merekomendasikan Tempo Gelato untuk disambangi. Hadir di dua lokasi yaitu Jl. Kaliurang dan Jl Prawirotaman, Kedai Tempo Gelato menyajikan puluhan pilihan rasa gelato yang merupakan buatan sendiri alias home-made. Selain berbagai rasa yang tidak asing di telinga kita seperti coklat, caramel, mint, oreo, nutella, strawberry, lychee, mangga dan lain-lain, Tempo Gelato juga hadirkan rasa yang mungkin tidak akan ditemui di tempat lain seperti Gelato rasa jahe dan rasa kemangi. Penasaran dengan rasanya? Tempo Gelato ini juga sudah mengantongi Sertifikat Halal dari MUI loh.
Rekomendasi ini hanyalah sebagian keciiiilll dari kuliner Jogja yang sangat kaya dan beragam, mulai dari yang melegenda sudah hadir sejak puluhan tahun lalu, sampai kedai-kedai kuliner kekinian, akan membuat kita tidak akan pernah kehabisan ide untuk tempat makan di Jogja. Wajar saja, sebagai kota pelajar dan kota wisata, Jogja memang menjadi magnet destinasi wisata bagi para wisatawan baik lokal maupun manca negara. Tak heran, kita pun tidak akan kesulitan menemukan pilihan beraneka ragam hotel di Jogja, yang hadir di setiap sudut kota ini. Semoga pandemi ini segera berakhir, dan kita semua dapat segera melepaskan rasa rindu untuk berwisata di Jogja, khususnya wisata kulinerannya.
Seperti kata KLa Project:
Ramai kaki lima
Menjajakan sajian khas berselera
....
Ijinkanlah aku untuk selalu pulang lagi
Bila hati mulai sepi tanpa terobati
....
Ditulis saat #DiRumahAja
Bogor, Mei 2020
Sabar mas, kelak kita kulineran lagi. Kalau di Jogja situasinya sudah membaik :-)
ReplyDeletemauu bgt kesini setelah pandemi...
ReplyDeletePengen..
ReplyDeletemampir ke teknologi informatif