Kuah Soto yang segar, membalut potongan ayam kampung yang gurih ditemani perkedel kentang, tampak sederhana tapi rasa yang dihadirkan tidak sesederhana itu
"Campur atau pisah Pak?", pertanyaan langsung diajukan ke kami saat memasuki sebuah kedai soto sederhana di ruas Jalan Wates, Warung Soto Kadipiro. Pertanyaan itu untuk menentukan apakah kita memesan soto yang dicampur langsung dalam satu mangkok dengan nasi atau terpisah. Saya pilih soto campur sementara istri dan anak saya pesen soto pisah. Tidak berapa lama hadir hidangan yang saya pesan. Satu mangkuk kuah soto yang berisikan kubis, taoge, nasi, dan tentunya suwiran daging ayam kampung serta taburan seledri dan bawang goreng. Dan yang unik ada perkedel kentang yang juga disertakan dalam kuah sotonya. Sedikit lumatkan agar kuah sotonya menjadi cukup kental. Bubuhkan sedikit sambal dan kecap... selesai!
Selain hidangan utama tersebut, kita juga bisa memilih aneka lauk pendamping yang tersaji di meja. Sate telur puyuh, sate ayam, tempe dan tahu bacem, ati ampela dan ayam kampung goreng bisa kamu pilih untuk menemani sotonya.Soto Kadipiro, konon sudah mulai berjualan sejak zaman belanda di tahun 1920-an, oleh sang pendiri Tahir Kortowijoyo yang fotonya terpajang di dinding kedai ini. Dan masih bertahan sampai sekarang dikelola oleh generasi ketiganya. Tak heran di ruas jalan wates ini banyak kedai dengan nama serupa, akan tetapi katanya yang pertama ya Warung Sate Kadipiro ini, dengan tetap mempertahankan interior tradisional di kedainya. Perlu sih ini dimasukkan ke destinasi wisata kuliner jogja kamu.
Wisata Kuliner #434
Kuliner Jogja
Soto Kadipiro
Jalan Wates 33, Yogyakarta
Comments
Post a Comment