Mau nyemek, godhog atau goreng? Pake tambahan ati rempelo, kepala, sayap, paha atau uritan? Mie nya mie kuning, bihun atau campur? Apapun pilihan kita, yang tersaji di meja kita adalah sepiring Bakmi Jawa yang menjadi salah satu yang paling populer di Yogyakarta.
Selepas maghrib, gerimis rintik-rintik turun membasahi kota Jogja. Tapi perut gak bisa kompromi, butuh asupan. Di antara pilihan makan malam yang tentunya banyak yang menggoda, akhirnya pilihan saya jatuh pada bakmi Jawa, tepatnya di Bakmi Djawa Mbah Hadi yang berjarak sekitar hanya 10 menit berkendara dari tempat saya menginap di Hotel Grand Tjokro. Lokasi kuliner jogja yang satu ini agak unik, menempati bangunan yang ada di dalam SPBU. Tapi walau tidak terlihat dari jalan, bahkan tidak ada plang nama di pinggir jalannya, pengunjungnya tetap ramai.
Ada beberapa pilihan menu yang tersaji di sini. Bakmi Jawa jadi menu utama, dengan pilihan mau direbus alias godhog, goreng atau nyemek. Ada pula nasi goreng serta magelangan (nasi dan mie goreng yang dicampur jadi satu. Mie nya pun bisa kita pilih, mau mie kuning, bihun atau keduanya dicampur. Mau tambah isian di mienya? Kamu bisa minta paha, sayap, brutu, kepala, uritan atau atu ati ampela. Semuanya dari ayam kampung, yang menambah kenikmatan sajian ini. Pada kesempatan pertama saya pilih Bakmi Nyemek dengan menggunakan mie kuning, karena saya memang tidak terlalu suka tekstur bihun, dengan tambahan kepala dan uritan. Mie nyemeknya memang nyamleng, walau memang terkesan agak plain, tapi saya justru suka dengan cita rasanya. Campuran telur bebek memperkaya hidangan ini, apalagi dengan tambahan kepala ayam dan uritan yang saya minta. Ada pula Bakmi Goreng, yang buat saya ini lebih nendang. Level kemanisannya tidak terlalu medhok, diperkaya dengan tekstur mienya yang besar dan kenyal. Sayap dan ati ampela jadi temannya kali ini. Jangan lupa tambahkan timun acar yang tersedia di meja.Orang juga banyak yang memilih Bakmi Rebus sebagai menu favorit mereka. Kuah gurih yang segar jadi alasannya, apalagi disantap selagi asap masih mengepul dari hidangan yang baru saja diangkat dari anglo tempatnya dimasak. Ya, Bakmi Mbah Hadi ini memang masih menggunakan anglo sebagai tungku untuk memasak. Dimasak satu persatu untuk tiap porsi yang dipesan. "Kalau masaknya sekaligus banyak, ya berarti bukan Bakmi Jawa beneran", begitu konon katanya. Walau begitu dalam kunjungan saya ke tempat ini, tidak perlu menunggu terlalu lama sejak dipesan sampai hidangan tersaji di meja. Mungkin karena saya datang sebelum jam 7 malam, dan memang menjelang jam 8 pengunjung makin ramah berdatangan. Mungkin makin malam lagi akan semakin ramai.Bakmi Djawa Mbah Hadi konon sudah berjualan sejak tahun 90an, dan saat ini diteruskan oleh generasi keduanya. Kita bisa makan di dalam ruangan ataupun semi outdoor yang langsung bersebelahan dengan Kali Code dengan angin semilirnya. Buka dari jam 5 sore sampai 11 malam, Bakmi ini bisa jadi salah satu destinasi kuliner pilihan kamu di Yogyakarta.Wisata Kuliner Indonesia #460
Kuliner Jogja
Bakmi Djawa Mbah Hadi
SPBU Terban, Jl. C. Simanjuntak No.1, Yogyakarta
Comments
Post a Comment